![]() |
budparbanjarnegara.com |
Berkunjung ke Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, tidak akan
lengkap jika belum melihat kekayaan lokal yang tersedia di sana. Banjarnegara
dikenal karena ada minuman segar tradisional Dawet Ayu ataupun Dataran Tinggi
Dieng. Namun, selain keduanya, Banjarnegara juga dikenal karena kerajinannya.
Salah satu produk unggulan yang dimiliki kabupaten Banjarnegara yaitu kerajinan
batik tulis. Batik tulis ini dinamakan Batik Gumelem. Batik ini berasal dari
Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, berjarak 30 km ke arah selatan dari pusat Kota
Banjarnegara. Di desa inilah berbagai pengrajin batik tulis tersebar dan
terhimpun dalam suatu komunitas usaha kecil dan menengah (UMKM). Batik Gumelem
ini dapat ditemukan di dusun Dagaran (Gumelem Wetan) dan dusun Ketandan
(Gumelem Kulon).
Untuk mengenal secara lebih luas tentang batik Gumelem, Yuk simak penjelasannya!
Mengenal Motif Batik Gumelem Banjarnegara
Kerajinan batik Gumelem ini memiliki kekhasan tersendiri apabila
dibandingkan dengan batik tulis yang lainnya. Seperti diketahui bahwa
Yogyakarta, Solo, Pekalongan dan beberapa daerah di sekitarnya sangat dikenal
oleh masyarakat luas karena ciri khasnya. Batik Gumelem ini juga memiliki corak
khas berupa udan liris dan rujak senthe yang diproduksi secara
turun-temurun oleh masyarakat setempat. Di samping itu, batik Gumelem juga
memiliki ciri khas lain yaitu didominasi oleh warna sogan (coklat), hitam dan
kuning serta memiliki motif bunga-bunga, kawung dan parang.
Motif batik Gumelem dibagi dalam dua corak yaitu klasik dan
kontemporer. Corak klasik anatra lain pring sedapur, udan liris, rujak senthe,
jahe serimpang, sido mukti, grinting, galaran, buntelan, sidoluhur, ukir udar,
sekar jagad, gabah wutah, blaburan, parang angkrik, parang angkrik seling, dan
kopi pecah. Sedangkan untuk motif kontemporer lebih bervariasi demi
mengakomodir kekhasan Banjarnegara. Penggunaan warna yang lebih berani seperti
merah, biru, hijau, dan warna-warna lain ini banyak dikerjakan oleh para
pembatik muda, corak relatif jarang-jarang dan besar-besar, satu muka atau
dituangkan hanya satu sisi kain dan lain sebagainya. Macam-macam corak
kontemporer yaitu sawung alit, lumbu pari, kawung ceplokan, kantil rinonce,
sekar tirta, pilih tanding, salak raja, dan sekar kinasih. Batik Gumelem
Banjarnegara juga menggunakan unsur alam kawasan dataran tinggi Dieng dan
sekitarnya, seperti purwaceng, keramik klampok, seruling mas, cendol salak,
cendol wutah, dawet ayu, salah tanjung, candi kusuma, gilar-gilar, kali serayu dan lain sebagainya.
Berikut beberapa contoh gambar motif batik Gumelem :
![]() |
mbatikyuuuk.com |
![]() |
Dokumentasi Skripsi Amelia Chandra Dewi |
3. Motif Gilar-Gilar
![]() |
Dokumentasi Skripsi Amelia Chandra Dewi |
4. Motif Kali Serayu
![]() |
dokumentasi Skripsi Amelia Chandra Dewi |
5. Motif Sekar Tirta
![]() |
dokumentasi Skripsi Amelia Chandra Dewi |
6. Motif Kantil Rinonce
![]() |
dokumentasi Skripsi Amelia Chandra Dewi |
Upaya Pengenalan Batik Gumelem
Di zaman modern sekarang ini dibutuhkan sebuah inovasi untuk lebih mengembangkan industri kerajinan batik. Dalam hal ini, dukungan dari pemerintah mulai dari daerah hingga pusat sangat dibutuhkan. Apalagi di era digital sekarang ini, promosi akan lebih mudah apabila pemerintah sendiri lebih serius dalam mengenalkan kerajinan yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya.
![]() |
budparbanjarnegara.com |
Untuk saat ini, batik Gumelem telah memiliki inovasi baru berupa
batik eco print. Yaitu kerajinan batik yang berasal dari alam seperti tumbuhan.
Hal ini dilakukan agar lebih dekat dengan generasi milenial, dimana mereka
merupakan penerus bangsa yang akan mewariskan budaya di Indonesia. Inovasi baru
ini tidak meninggalkan ciri khas dari batik Gumelem itu sendiri.
Proses Pembuatan Batik Gumelem Banjarnegara
Terdapat dua teknik membatik yang biasa digunakan dalam pembuatan batik yaitu batik tulis dan batik cap. Tetapi pengrajin batik di Gumelem lebih sering memproduksi pembuatan batik tulis dibandingkan pada batik cap, karena memang kebanyakan dari batik Gumelem juga dibuat dengan menggunakan teknik batik tulis. Selain itu, konsumen juga lebih tertarik dan menyukai batik yang dibuat menggunakan teknik batik tulis, karena hasilnya yang lebih bagus dan juga memberikan kesan yang natural dari goresan cantingnya. Dalam pembuatan batik, biasanya pengrajin batik menggunakan kain jenis primisima, prima, dan primisanforis. Kemudian dari bahan pewarnaan menggunakan pewarna kimia seperti naptol dan indigosol, karena bahan pewarna ini mudah didapatkan, tidak seperti penggunaan pewarna alami yang harus diproses terlebih dahulu untuk menghasilkan warna yang akan digunakan.
Proses pembuatan dari batik Gumelem adalah sebagai berikut :
Tahap persiapan membatik
1. Kain mori yang akan digunakan untuk membatik dikemplong (menaruh mori di atas sebilah kayu dan dipukul-pukul secara teratur dengan pemukul kayu) agar serat kain menjadi lemas dan kendor untuk mempermudah penempelan malam pada kain.
![]() |
Ilustrasi Ngemplong (fitinlin.com) |
2. Mulai menentukan motif batik yang dibuat
3. Setelah dikemplong dan menentukan motif batikan, maka kain mori mulai dipola dengan motif sesuai kebutuhan (nyoret), tergantung motif batik seperti apa yang akan dibuat. Ada juga yang langsung membatik tanpa menggunakan pola terlebih dahulu yang disebut dengan ngrujak. Tetapi ini hanya dilakukan oleh pembatik yang sudah ahli.
![]() |
Ilustrasi Nyoret (fitinline.com) |
4. Tahap selanjutnya menyiapkan gawangan yang akan dipakai pembatik untuk membeberkan kain, alat untuk ngejos tetesan lilin yang kemungkinan menetes pada kain mori, mencairkan lilin malam, serta alat-alat lain yang akan digunakan dalam proses pembatikan.
![]() |
Gawangan, Canting dan lilin (mbatikyuuuk.com) |
5. Setiap sebelum canting yang berisi malam akan dituangkan pada kain mori, pembatik akan meniup ujung canting terlebih dahulu agar malam tidak menetes sebelum ujung canting ditempelkan pada mori dan menjegah cucuk canting menjadi berlumuran malam karena akan mengurangi baiknya goresan pada kain mori.
Tahap membatik
1. Langkah pertama yang dilakukan pada kain mori disebut dengan ngrengreng, saat proses ngrengreng ini yang dilakukan pertama kali adalah membatik kerangka atau sering disebut juga dengan nglowong.
![]() |
Ilustrasi Nglowong (fitinline.com) |
2. Setelah nglowong telah dilakukan pada seluruh permukaan kain mori, maka tahap selanjutnya adalah pemberian isen-isen pada pola yang sudah diklowong. Isen-isen adalah isian pada motif dengan tujuan memperindah dan memberikan daya tarik pada kain batik.
3. Tahap selanjutnya setelah seluruh permukaan kain mori penuh dengan pola yang sudah di malam dan diberi isen-isen, maka akan berlanjut ke tahap selanjutnya yaitu nerusi.
4. Setelah selesai nerusi, selanjutnya akan dilakukan proses penembokan pada kedua sisi kain mori yang biasa disebut mbliriki. Tujuan dari proses ini adalah untuk menutupi bagian pola yang diinginkan tetap berwarna putih, atau untuk diwarna dengan warna yang lain.
Pewarnaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan pewarna indigosol dan naptol, berikut ini adalah cara pewarnaan dengan pewarna indigosol.
1. Langkah pertama kain yang akan digunakan dicelupkan terlebih dahulu pada air bersih dan ditiriskan dengan meletakannya di atas gawangan.
2. Tahap kedua merupakan pembuatan warna, yang mencampurkan antara indigosol warna tertentu dengan sedikit air kurang lebih 10 ml dan diaduk. Buat juga larutan nitrit 250 gr dengan menggunakan air yang panas kurang lebih sekitar 10 ml dan diaduk rata sampai larut. Selanjutnya, kedua larutan yang telah dibuat tadi dicampurkan menjadi satu antara larutan indigosol dan nitrit, lalu diaduk agar tercampur sampai merata. Kemudian, sebelum digunakan untuk mencelup masukan terlebih dahulu 800 ml air dingin, lalu diaduk sampai benar-benar tercampur.
3. Selanjutnya buat juga larutan HCL untuk melarutkan 10 cc HCL, kemudian dilarutkan dengan 1 liter air dingin. Lalu air dituangkan pada tempat yang telah dipersiapkan, dan masukan HCL aduk rata hingga semua tercampur.
4. Setelah semuanya siap, kain yang sudah dibasahi dengan air dan kering tadi mulai dicelupkan ke dalam larutan indigosol dan nitrit selama kurang lebih sekitar 5 menit, sambil sesekali di balik. Selesai mencelupkan pada kedua larutan indigosol dan nitrit, maka untuk membangkitkan warna, kain yang telah dicelupkan ke dalam larutan pewarna tadi dibeberkan di bawah sinar matahari tanpa ada bayangan dari pepohonan, tumbuhan, maupun benda lain, selama kurang lebih 15 menit, atau bisa juga dengan didiamkan diruangan biasa selama 1 malam dengan menggunakan penerangan, yaitu lampu neon.
5. Apabila pewarnaan telah sesuai dengan yang diinginkan, kain bisa langsung dicelupkan pada larutan HCL sebagai pengunci warna. Kemudian kain yang telah dicelupkan pada larutan HCL tadi dicuci/dibilas terlebih dahulu. Setelah itu, kain diangkat dan diangin-anginkan. Maka pewarnaan pada tahap pertama telah selesai.
6. Pada tahap pewarnaan yang kedua, pola yang telah diwarna pertama dapat ditutup kembali dengan malam agar tidak tercampur dengan warna kedua pada pola yang berbeda warna. Sebelum mulai mewarna kedua, bagian yang tadinya tertutup malam pada proses pewarnaan pertama akan dikerok dengan menggunakan alat yang dinamakan penurat.
Seperti pada cara pewarnaan yang telah dijelaskan sebelumnya dengan menggunakan pewarna indigosol, berikut ini merupakan cara pewarnaan dengan menggunakan pewarna naptol :
1. Kain yang telah diberi pola dengan malam dibasahi dengan larutan TRO, lalu angkat dan diletakan diatas gawangan tanpa diperas.
2. Sambil menunggu kain tuntas, tahap selanjutnya adalah membuat larutan naptol dan garamnya. Serbuk naptol dan kaustik soda dilarutkan dengan air panas, setelah tercampur, jadikan satu dengan sisa larutan TRO aduk sambil ditambahkan 1 liter air dingin.
3. Setelah kain yang telah dibasahi larutan TRO pada tahap pertama kering, maka selanjutnya kain dapat dicelupkan pada larutan naptol lalu diangkat dan ditiriskan.
4. Selanjutnya sambil menunggu kain yang dicelupkan pada larutan naptol tuntas, larutkan garam diazo sebagai pembangkit warna. Garam dilarutkan dengan menggunakan sedikit air dingin, setelah tercampur maka larutan garam tadi ditambahkan 1 liter air dingin.
5. Kemudian, setelah kain yang dicelupkan kedalam larutan naptol telah tuntas, lalu kain dapat dicelupkan kedalam larutan pembangkit warna untuk mendapatkan warna yang diinginkan.
![]() |
Ilustrasi Tahap Pewarnaan (bahankain.com) |
Tahap Pelorotan
Setelah kain selesai dalam pemberian warna, untuk proses
penglorotan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memasak air hingga
mendidih dengan memasukan larutan kanji dan abu soda. Kemudian, kain yang akan
dilorot dimasukan kedalam air mendidih yang telah dicampuri dengan larutan soda
abu. Diamkan kain sebentar di dalam air mendidih tersebut agar malam yang
menempel pada kain dapat meleleh dengan sempurna. Selanjutnya kain harus diaduk
dan dibalik didalam rebusan agar malam lepas dari kain. Setelah beberapa lama
direbus, angkat dan kemudian celupkan kain ke dalam air dingin sambil dikucek
dengan hati-hati agar malam yang masih menempel pada kain bisa rontok. Setelah
semua proses itu sudah dilakukan, maka kain batik sudah siap untuk dikeringkan.
![]() |
Ilustrasi Pelorotan (parangboket.blogspot.com) |
Itulah motif, proses pembuatan dan upaya yang dilakukan
untuk mengenalkan batik Gumelem Banjarnegara. Semoga dapat bermanfaat dan
menjadi inspirasi bagi anak muda agar tetap melestarikan warisan budaya bangsa
Indonesia.
Sumber :
https://www.matamatanews.com/batik-gumelem-semakin-melegenda
https://fitinline.com/article/read/batik-banjarnegara/
Dewi, Chandra Amelia. 2013. “Batik Gumelem Produksi “Tunjung Biru” Banjarnegara”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar